pasang iklan
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Sunday 28 July 2013

Hai Orang-Orang Beriman Berimanlah Kamu


Didalam Al Qur’an Allah subhanhu wata’ala senantiasa mengajak dan memanggil hambaNya dengan pangilan yang indah yaitu “hai orang-orang beriman”, yang mana setelah Allah memanggil hambaNya akan ada perintah atau larangan.
Namun ada satu ayat didalam Al Qur’an yang senatiasa harus kita analisa dan renungkan sebab ketika Allah menyebut “hai orang-orang yang beriman”, justru perintah yang datang adalah pertintah untuk beriman kembali, yaitu ayat yang terdapat dalam surat An Nisa: 136 yang berbunyi:
“Wahai orang-orang yang beriman, berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (QS. An Nisa: 136)
Yang menjadi topik pembicaran kita adalah perintah kepada orang-orang beriman untuk beriman kembali. Biasanya sebuah perintah itu ditujukan kepada orang-orang yang belum melakukan perintah tersebut atau kepada orang-orang yang belum memiliki sifat-sifat tersebut. Namun dalam ayat ini justru yang diperintah untuk beriman adalah orang-orang yang beriman. Ada beberapa penjelasan ulama terkait  ayat ini diantaranya:
1.    Tujuan penekanan ini “yaitu berimanlah kamu” adalah untuk membenarkan dan mengoreksi serta  meluruskan apa yang dia praktekan selama ini.
Sebagai seorang muslim tentunya apa yang kita amalkan dalam agama ini adalah insya Allah semata-mata ikhlas karena Allah subhanahu wata’ala, namun apakah yang kita amalkan tersebut sesuai dengan tuntunan Rasulullah salallahu’alaihi wasallam atau tidak. Oleh karena itu didalam perkara agama ada yang namanya sunnah dan ada yang namanya bid’ah, dalam perkara tauhid ada yang namanya tauhid dan ada yang namanya syirik. Diantara kaum muslimin ada yang melakukan suatu amalan dalam agama ini, namun setelah ditimbang dengan kacamata syariat ternyata tidak lebih hanya sekedar adat dan kebiasan dalam suatu daerah tertentu yang di klaim sebagai ajaran Islam. Padahal Rasulullah salallahu’alaihi wasallam bersabda: “ Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu dalam agama kami maka tertolak (HR. Bukhari dan Muslim)
 Maka hendaknya kita senantiasa mengoreksi amalan kita, apakah telah sesuai dengan petunjuk Rasulullah salallahu’alaihi wasallam atau tidak, jangan sampai kita bertemu dengan Allah subhanahu wata’ala dalam keadaan amalan kita tidak diterima.

2.    Perintah untuk melakukan perkara-perkara yang sudah masuk dalam perkara islam namun belum dilaksankan oleh umat islam.
Hal ini dapat kita lihat dalam kehidupan kita sehari-hari. Betapa banyak orang Islam yang mengaku Islam namun tinggal KTPnya saja. Betapa banyak orang Islam yang mengaku Islam namun tidak shalat, padahal jika kita melihat dalam Al Qur’an begitu banyak ayat-ayat yang memerintahkannya untuk shalat, bahkan ayat tersebut dihapalnya dengan fasih atau dihapalnya diluar kepala (Karena hapalannya diluar kepala, ketika tertiup angin akhirnya terbang deh kemana-mana, tidak ada yang tinggal sama sekali. He..he..he…!).
Belum lagi kita melihat para wanita kaum muslimin yang belum mampu menutupi auratnya, memakai pakaian yang begitu minim yang memperlihatkan lekuk tubuhnya. Bahkan terkesan bangga dengan memperlihatkan auratnya kepada lelaki yang bukan mahramnya. Allahu musta’an
Tentunya ini hanyalah sebagian contoh dari sekian banyak contoh pelanggaran dalam agama ini yang sering kita saksikan. Maka, “Wahai orang-orang yang beriman, berimanlah kamu kepada Allah dan RasulNya”.

3.    Penekanan untuk selalu istiqmah dalam agama ini
Dizaman sekarang ini begitu banyak fitnah dan ujian yang datang bagaikan gelombang dahsyat yang suatu saat dapat menghempaskan seorang muslim dari jalur keistiqamahan dalam menjalankan ketaatan kepada Allah subhanahu wata’ala. Apakah itu datang dari keluarga, harta, wanita, pekerjaan dan semisalnya, semua itu adalah faktor-faktor yang dapat melalaikan seseorang dari jalan Allah. Oleh karena itu di perlukan kesabaran dan kesungguhan dalam menjalankan ketaatan ini.
Sesungguhnya keistiqamahan yang sempurnah adalah ketika ketaatan seorang hamba kepada Allah ta’ala tidak berkurang. Tetapi itu tidaklah mungkin ada 100%  pada diri seorang hamba, terkecuali Nabi salallahu’alaihi wasallam. Karena manusia adalah tempatnya kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu merupakan karunia dari Allah subhanhu wata’ala yang telah menetapkan syariat, untuk menutupinya dengan istighfar.
Nabi salallahu’alaihi wasallam telah mengabarkan bahwa tidak ada manusia yang mampu beristiqamah dengan sempurna, namun paling tidak ada upaya-upaya untuk mendekatinya. Didalam shahihain Rasulullah bersabda: “Lurus dan tepatlah diatas kebenaran atau paling tidak dekatilah.
Dan Allah subhanahu wata’alla berfirman:
“Maka tetaplah pada jalan yang Lurus menuju kepadanya dan mohonlah ampun kepadaNya. dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya,” (QS. Fushilat: 6)
Maka kepada saudaraku kaum muslimin yang telah mengenal nikmatnya hidayah Islam dan telah mengenal nikmatnya hadir di majelis-majelis ilmu serta berdakwah dijalanNya. Renugkanlah ayat ini (surat An Nisa: 136) dan tetaplah istiqamah. Barakallahu fikum.


Sunday 21 July 2013

Nonton TV Terlalu Sering Bisa Mengakibatkan Kematian



Berapa jam waktu yang anda habiskan untuk menonton televisi? Jika lebih dari 6 jam perhari, mungkin anda harus mulai memperhatikan kesehatan anda. Apalagi jika anda juga kurang berolah raga.
Para peneliti di Universitas Harvad, Amerika serikat, sudah melakukan 8 penelitian dengan kesimpulan bahwa menonton televisi terlalu sering bisa meningkatkan resiko seseorang terkena diabetes, serangan jantung dan kematian dini.
Dari 8 penelitian itu ditemukan, menonton televisi selama 2 jam sehari meningkatkan resiko menderita diabetes sebanyak 20%. Sedangkan resiko terkena sakit jantung meningkat 15% dan kematian dini 13 %.
Ini artinya, pada 100.000 orang yang menonton televisi selam 2 jam perhari selama satu tahun, terdapat 176 orang beresiko terkena diabetes, 38 orang mendapat serangan jantung dan 104 orang meninggal di usia muda.  Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Harvad ini sudah dipublikasikan dalam journal of the Amercan medical Associiation.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Lennert Veerman dari Scool of Population Health di University Queensland, dan telah disiarkan di British Journal of Sport Medicine juga menyebutkan, tiap 1 jam menonton televisi bisa mengurangi usia  sebanyak 22 menit, untuk orang yang berusia diatas 25 tahun. Dr. Lennert juga mengatkan, menonton televise beresiko mengurangi usia yang sama dengan merokok dan obesitas.
Di sisi lain, aktivitas berolah raga meskipun Cuma sebentar setiap hari ternyata bisa meningkatkan harapan hidup seseorang.
Chi-Pang Wen dari National Health Research Institutes di Taiwan dan Jackson Pui Man Wai dari National Taiwan Sport University melakukan riset terhadap lebih dari 400.000 orang yang ikut dalam program penyaringan medis antara 1996 dan 2008. Mereka memantau perkembangan semua relawan itu selama rata-rata 8 tahun.
Orang yang berbeda dalam satu kelompok olah raga “bervolume rendah”, memiliki resiko 14% lebih kecil untuk menghadapi kematian dini akibat semua sebab, dan 10% resiko kematian yang lebih rendah akibat kanker, dibandingkan dengan kelompok orang yang tidak memilki aktivitas fisik secara aktif.
Kategori olah raga dengan “volume rendah” diberlakukan kepada orang yang jumlah total olah raga mereka hanya 92 menit per pekan, atau sekitar 15 menit perhari. Secara rata-rata, harapan hidup mereka adalah 3 tahun lebih lama dibandingkan mereka yang tidak aktif.
Jadi, menyelingi aktivitas harian dengan olah raga ringan akan sangat menguntungkan dibandingkan hanya mengisi waktu luang dengan menonton televisi. [Adhe: dari berbagai sumber]

Sunday 14 July 2013

Adzan Bagi Musafir



Jelaskan hukum adzan bagi musafir dan sebutkan perbedaan pendapat yang ada?
Jawab: Ada pendapat yang mengatakan bahwa adzan wajib bagi musafir yang melakukan perjalanan secara berjamaah (berkelompok), sebagaimana wajibnya bagi orang yang mukim. Hal itu karena Nabi salallahu’alaihi wasallam memerintahkan Bilal radhiallahu’anhu mengumandangkan adzan ketika safar. Selain itu, Nabi salallahu’alaihi wasallam pernah berkata kepada Malik bin al Muwairits dan sepupunya.
“Jika kalian berdua dalam perjalan, maka adzan dan dirikanlah (shalat). Hendaknya yang paling tua dari kalian menjadi imam.” (Muttafaqun’alaihi)
Hadits di atas menunjukan bahwa wajibnya adzan bagi musafir. Dan para sahabat Nabi salallahu’alaihi wasallam tidak pernah meninggalkan Adzan dalam perjalanan mereka.
Pendapat lain mengatakan bahwa adzan bagi musafir adalah sunnah, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Uqbah bin Amir. Dia berkata: “Aku mendengar Rasulullah salallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Rabbmu merasa kagum terhadap pengembala kambing di tempat gembalanya di puncak gunung yang mengumandangkan adzan shalat dan menunaikannya. Allah subhanahuwata’ala berfirman: “Lihatlah hambaKu itu. Dia mengumandangkan adzan untuk melaksanakan shalat karena takut keadaKu. Sungguh aku telah mengampuni (dosa-dosa) hambaKu itu, dan aku masukan ia kedalam Syuga.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Nasa’i).

Saturday 6 July 2013

Pencuri yang di Curi



Suatu malam, seorang pencuri menyelinap kerumah Malik bin Dinar rahimahullah. Sayangnya, ia tidak mendapatkan apa-apa untuk dicuri. Sementara itu, Malik sedang shalat malam dan mengetahui kehadiran pencuri tersebut. Malik mempersingkat shalatnya. Setelah salam beliau  menyambangi pencuri tersebut dan berkata: “Wahai saudaraku, semoga Allah membimbingmu untuk bertaubat. Kamu memasuki rumahku namun kamu tidak mendapatkan sesuatupun u
ntuk diambil, dan saya tidak ingin anda keluar tanpa faedah apa-apa.”
Lalu beliau menyodorkan air kepada pencuri tersebut dan berkata: “Berwudhulah dan shalatlah dua rakaat, niscaya kamu keluar dengan membawa kebaikan.”
Pencuri itu berkata: “Baik, terimakasih.”
Iapun berwudhu dan shalat dua rakaat. Setelah selesai shalat, pencuri itu meminta: “Wahai Malik, apakah anda mengizinkan aku untuk menambah shalat 2 rakaat lagi?”
“Tambahlah sesuai dengan kemampuan yang Allah berikan kepada anda.” Jawab Malik bin Dinar. Pencuri itupun terus melanjutkan shalatnya hingga menjelang subuh.
Kemudian Malik berkata: “Pergilah dalam keadaan baik.”
Pencuri itu berkata: “Tuan, apakah anda mengizinkan aku untuk tinggal bersama hari ini? Karena saya berniat untuk saum hari ini.”
Malik menjawab: “Tinggallah disini sesukamu.” Lalu ia tinggal bersama Malik bin Dinar selama beberapa hari, ia juga shalat dimalam hari dan saum disiang harinya. Tatkala ia hendak pergi, ia berkata: “Wahai Malik, saya ingin bertaubat dengan sungguh-sungguh”.
Malik menjawab: “Itu semua ditangan Allah!” Akhirnya pencuri itu bertaubat, dan bagus taubatnya. Tatkala ia bertemu dengan temannya yang juga seorang mantan pencuri, ia ditanya: “Bagaimana hasilnya, saya rasa kamu mendapat banyak harta.” Ia menjawab: “Wahai temanku, aku mendatangi rumah Malik bin Dinar untuk mencuri (harta)nya, tapi akhirnya dia yang justru mencuri(hati)ku. Sekarang aku sudah bertaubat kepada Allah”. [Mukhtaraat wa Lathaif, Abdul Malik Al Qaim]

 

Area Backlink

Mau bertukar link? Masukan Link Blogku ke blog kamu Kemudian masukan nama/web dan url blog kamu pada kotak yang tersedia di bawah, lalu tekan enter. Active Search Results
Klik tanda SUKA pada Cahaya Islam, untuk mengetahui postingan terbaru blog ini dari facebookmu

Kunjungan Ke

Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes